Asuhan Keperawatan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa

 
Asuhan Keperawatan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa

I. Konsep Dasar Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa
1.            Proporsi cairan tubuh
Prosentase cairan tubuh pada setiap individu berbeda tergantung : usia, jenis kelamin, dan lemak.
Prosentase cairan tubuh :
a. Bayi                            : 75 %
b. Dewasa wanita           : 55 %
c. Dewasa laki-laki         : 57 %
d. Lansia                        : 45 %
2.            Distribusi cairan tubuh
a. Cairan intraseluler ( 40 %)
b. Cairan ekstraseluler
    - Cairan interstitial (15 %)
- Cairan intravaskuler (plasma : 5 % )
3.            Komposisi cairan tubuh
a.       Elektrolit
Merupakan sebuah unsure atau senyawa, yang jika larut di dalam air atau pelarut lain akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik.
Elektrolit yang memiliki muatan positif : Kation
Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na+)
Kation intraseluler utama adalah kalium (K+)

Elektrolit yang memiliki muatan negative : Anion
Anion ekstraseluler utama : klorida (Cl-)
Anion intraseluler utama : fosfat (PO43-)
Ukuran : miliekuivalen per liter (mEq/L)
b.      Mineral
Mineral merupakan unsure semua jaringan dan cairan tubuh serta penting dalam mempertahankan proses fisiologis. Mineral juga bekerja sebagai katalis dalam respon saraf, kontraksi otot, dan metabolisme gizi yang terdapat dalam makanan. Mineral juga mengatur keseimbangan elektrolit dan produksi hormone serta menguatkan struktur tulang. Contoh zat besi dan zink.
c.       Sel
Merupakan unit fungsional dasar dari semua jaringan hidup. Contoh sel darah merah dan sel darah putih.
4.            Pergerakan cairan tubuh
a.       Difusi
Merupakan perpindahan molekul suatu substansi dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah.
b.      Osmosis
Osmosis adalah perpindahan pelarut murni melalui membrane semipermiabel yang berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi solute rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi solute tinggi. Kecepatan osmosis tergantung pada konsentrasi solute di dalam larutan, suhu larutan, muatan listrik solute, dan perbedaan antara tekanan osmosis yang dikeluarkan oleh larutan.
Tekanan osmotic merupakan tekanan dengan kekuatan untuk menarik air dan kekuatan ini bergantung pada jumlah molekul di dalam larutan. Tekanan osmotic larutan disebut juga osmolalitas (mOsm/Kg). nilai normal osmolalitas serum 280 – 295 mOsm/Kg. Tekanan osmotic darah dipengaruhi oleh protein plasma, khususnya albumin. Albumin menghasilkan osmotic koloid atau tekanan onkotik, yang cenderung menjaga cairan tetap berada di dalam intravaskuler.
c.       Filtrasi
Filtrasi adalah suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan.
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dihasilkan oleh suatu likuid di dalam sebuah ruangan. Darah dan cairan arteri akan memasuki kapiler jika tekanan hidrostatik lebih tinggi dari tekanan interstitial, sehingga cairan akan berpindah dari kapiler menuju sel.
d.      Transport Aktif
Transport aktif memerlukan aktivitas metabolic dan pengeluaran energi untuk menggerakkan berabgai materi guna menmbus membrane sel. Hal ini memungkinkan sel menerima molekul yang lebih besar dari sel tersebut, selain itu sel dapat menerima atau memindahkan molekul dari daerah berkonsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.
5.            Pengaturan  Cairan Tubuh
a.       Asupan (intake) cairan
Asupan cairan diatur melalui mekanisme rasa haus. Pusat pengendalian rasa haus terdapat di hipotalamus di otak.
Stimulus fisiologis terhadap rasa haus adalah peningkatan konsentrasi plasma dan penurunan volume darah. Factor lain yang mempengaruhi pusat rasa haus yaitu keringnya membrane mukosa faring dan mulut, angiotensin II, kehilangan kalum, dan factor-faktor psikologis (Potter dan Perry, 1995).
Kebutuhan cairan harian orang dewasa : 1500 – 3000 ml atau 30 – 40 ml air/Kg BB
Intake cairan di dapat dari :
·         Metabolisme oksidatif               : 200 ml
·         Cairan oral                                  : 1500 – 2500 ml
·         Makanan padat                          : 750 ml
b.      Haluaran (output) cairan
·         Ginjal                                                     : 1500 ml
·         Kulit
      Kehilangan tak kasat mata (IWL)          : 600 – 900 ml
      Kehilangan kasat mata   (SWL)             : 600 ml
·         Paru – paru                                             : 400 ml
·         Saluran pencernaan                                : 100 ml
Jumlah total                                                  : 3200 3500 ml

Output cairan melalui urin :  Dewasa           : 40 – 80 ml/jam
Anak               : 0.5 ml / Kg / jam
              Output cairan melalui IWL : Dewasa           : 6 ml/Kg/jam atau 15 cc/KgBB/hari
                                                            Anak               : (30 – usia (tahun)) cc/KgBB/hari
c.       Hormone
·         Antidiuretik hormone (ADH)
Kekurangan air akan meningkatkan osmolalitas darah dan keadaan ini akan direspon oleh kelenjar hipofisis dengan melepaskan ADH. ADH akan menurunkan produksi urin dengan cara meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal.
·         Aldosteron
Mengatur keseimbangan natrium dan kalium dengan menyebabkan tubulus ginjal mengekskresikan kalium dan mengabsorpsi natrium. Akibatnya air juga akan direabsorpsi dan dikembalikan ke volume darah.
·         Glukokortikoid
Sekresi hormone glukokortikoid secara normal tidak menyebabkan ketidakseimbangan cairan utama, namun kelebihan hormone di dalam sirkulasi dapat menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.

6.            Pengaturan Elektrolit
a.       Natrium
Nilai normal : 135 – 145 mEq/L
Fungsi :
·         Mempertahankan keseimbangan air
·         Menstransmisi impuls saraf
·         Melakukan kontraksi otot
Sumber utama : garam dapur, daging, makanan ringan, dan makanan kaleng
b.      Kalium
Nilai normal : 3.5 – 5.3 mEq/L
Kalium mengatur rangsangan neuromuscular dan kontraksi otot. Kalium dibutuhkan untuk pembentukan glikogen, sintesis protein, dan memperbaiki keseimbangan asam basa.
Sumber : gandum utuh, daging, polong-polongan, buah-buahan, sayur mayur

c.       Kalsium
Nilai normal : 4 – 5 mEq/l
Fungsi : integritas dan struktur membrane sel, konduksi jantung yang adekuat, koagulasi (pembekuan) darah, pertumbuhan dan pembentukan tulang, dan relaksasi otot.
Kalsium di dalam cairan ekstrasel diatur melalui kerja kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormone paratiroid mengontrol keseimbangan kalsium tulang, absorpsi kalsium di gastrointestinal, ekskresi kalsium di ginjal. Tirokalsitonin memiliki peranan dalam menentukan kadar kalsium dalam serum dengan menghambat pelepasan kalsium dari tulang.
d.      Magnesium
Nilai normal : 1.5 – 2,5 mEq/L
Magnesium mempunyai peranan dalam aktivitas enzim, neurokimia, dan eksitabilitas otot.
e.       Klorida
Nilai normal : 100 – 106 mEq/L
Klorida diatur melalui ginjal. Keseimbangan klorida dipertahankan melalui asupan makanan dan ekskresi serta reabsorpsi renal.
f.       Bicarbonat
Nilai normal : 22 – 26 mEq/L
Ion bicarbonate merupakan komponen penting dalam system buffer asam karbonat-bikarbonat yang berperan dalam keseimbangan asam basa.
g.      Fosfat
Nilai normal : 2.5 – 4.5 mg/100 ml
Fosfat meningkatkan kerja neuromuscular normal, berpartisipasi dalam metabolisme karbohidrat, dan membantu pengaturan asam basa. Fosfat dan kalsium membantu mengembangkan dan memelihara tulang dan gigi.

Ø  KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN
1.            Fluid Volume Deficit (FVD)
§  Adalah defisiensi jumlah cairan dan elektrolit pada cairan ekstrasel, tetapi proporsi antara air dan elektrolit mendekati normal
§  Dikenal juga dengan Hypovolemia
§  Terjadi perubahan tekanan osmotic sehingga cairan interstitial masuk ke ruang intravascular dan ruang interstitial kosong mengakibatkan cairan intrasel masuk ke ruang interstitial sehingga kehidupan sel terganggu
2.            Fluid Volume Excess (FVE)
§  Adalah kelebihan retensi air dan sodium pada cairan ekstrasel
§  Disebut juga hypervolemia
§  Kelebihan cairan ekstrasel dapat ditimbun dijaringan yang dikenal dengan edema. Sering terjadi pada mata, jari, pergelangan kaki.
§  Edema terjadi karena peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan osmotic

Ø  KETIDAKSEIMBANGAN ELEKTROLIT
1.            Hyponatremia dan hypernatremia
§  Hyponatremia adalah kekurangn sodium pada cairan ekstrasel yaitu terjadi perubahan tekanan osmotic sehingga cairan bergerak dari ekstrasel ke intrasel mengakibatkan sel membengkak merupakan akibat lain dari hyponatremia.
§  Hypernatremia adalah kelebihan sehingga tekanan osmotic ekstrasel meningkat mengakibatkan cairan intrasel keluar maka sel mengalami dehidrasi.
2.            Hypokalemia dan hyperkalemia
§  Hypokalemia adalah kekurangan kadar potassium dalam cairan ekstrasel sehingga potassium keluar dari sel mengakibatkan hydrogen dan sodium ditahan oleh sel maka terjadi gangguan (perubahan) pH plasma.
§  Hyperkalemia adalah kelebihan kadar potassium pada cairan ekstrasel. Kasusnya sangat jarang walaupun ada akan membahayakan karena transmisi impuls jantung akan terhambat yang menyebabkan cardiac areeasi.
3.            Hypokalsemia dan hyperkalsemia
§  Hypokalsemia menunjukkan kekurangan kalsium pada cairan ekstrasel sehingga kalsium akan disuplai dari tulang dan bila berlangsung lama terjadi osteomalaisia.
§  Hyperkalsemia adalah kelebihan kalsium pada cairan ekstrasel
4.            Hypomagnesia dan Hypermagnesia
§  Hypomagnesia biasanya terjadi karena penurunan absorpsi GI atau peningkatan kehilangan melalui urine. Hypomagnesia juga dapat terjadi pada kehilangan GI berlebihan atau pada pemberian cairan parenteral bebas magnesium dalam waktu yang lama.
§  Hypermagnesia terjadi hamper secara khusus pada individu dengan gagal ginjal yang mengalami peningkatan masukan magnesia.
5.            Hypofosfatemia dan Hyperfosfatemia
§  Hypofasfatemia dapat terjadi karena perpindahan intraseluler sementara, peningkatan kehilangan urine, penurunan absorpsi usus.
§  Hyperfosfatemia terjadi paling sering pada adanya insufisiensi ginjal karena penurunan kemampuan ginjal untuk mengkeskresikan kelebihan fosfor. Selain gagal ginjal, penyebab lain peningkatan masukan fosfat, perpindahan ekstraseluler, destruksi seluler dengan pelepasan fosfor intaseluler berlebihan, dan penurunan kehilangan melalui urineyang tak berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal.

7.            Keseimbangan Asam Basa
Konsentrasi ion hydrogen di dalam cairan tubuh dinyatakan pH.
pH merupakan skala untuk mengukur tingkat keasaman atau alkalinitas suatu cairan. Peningkatan jumlah ion hydrogen di dalam aliran darah akan meningkatkan komponen asam, sehingga nilai pH menurun.
Nilai normal : 7.35 – 7.45
Buffer adalah suatu substansi atau sekelompok substansi yang dapat mengabsorpsi atau melepaskan ion-ion hydrogen untuk memperbaiki adanya ketidakseimbangan asam basa.
Sistem buffer terdiri dari :
a.       Bufer kimiawi
Bufer kimia adalah system buffer asam karbonat – bikarbonat . system ini berespon cepat untuk mengubah pH. System ini disajikan dalam bentuk persamaan :
CO2 + H2O            H2CO3             H+ + HCO3_
Ekskresi CO2 dikendalikan oleh paru-paru dan ekskresi H+ dan HCO3- dikendalikan oleh ginjal
System buffer kimia kedua melibatkan protein plasma (albumin, fibrinogen, dan protrombin) dan gamaglobulin. Protein akan berikatan dengan ion hydrogen untuk memperbaiki asidosis atau alkalosis.
b.      Bufer biologis
Buffer biologis terjadi jika ion hydrogen diabsorpsi atau dilepaskan oleh sel-sel tubuh. Ion hydrogen memiliki muatan positif dan harus ditukar dengan ion lain yang bermuatan positif yang sering digunakan kalium. Pada kondisi kelebihan asam, ion hydrogen memasuki sel dan ion kalium meninggalkan sel dan masuk ke cairan ekstrasel. Ion hydrogen berkurang menyebabkan cairan ekstrasel kurang asam. Setelah asidosis diperbaiki kalium akan kembali ke sel dan kembali normal.
Buffer biologis terjadi setelah buffer kimiawi dan berlangsung 2 – 4 jam
Tipe buffer biologis kedua : hemoglobin – oksihemoglobin
Karbondioksida berdifusi ke dalam SDM dan membentuk asam karbonat dan asam karbonat dibelah menjadi ion hydrogen dan bikarbonat. ion hydrogen terikat pada hemoglobin dan bikarbonat melakukan buffer dengan cara menukar dengan Klorida di ekstrasel.        
c.       Buffer fisiologis
-       Paru – paru
Paru-paru beradaptasi dengan cepat terhadap keseimbangan asam basa sebelum buffer biologis. Paru-paru bereaksi dengan cara mengubah frekuensi dan kedalaman pernapasan.
Alkalosis                    frekuensi pernapasan
Asidosis                     frekuensi pernapasan
-       Ginjal
Ginjal untuk mengatur gangguan asam basa dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
Tiga mekanisme untuk mengatur ion hydrogen oleh ginjal :
a.       Kelebihan asam                  bicarbonate diabsorpsi
      Kekurangan asam               bikarbonat diekskresi
b.      Ion fosfat membawa ion hydrogen dengan cara mengekskresikan asam fosfat dan membentuk asam basa
c.       Amonia diubah menjadi ammonium dengan mengikatkannya ke sebuah ion hidrogen

Ketidakseimbangan Asam Basa

Penyebab
Tanda dan Gejala
Asidosis Respiratorik
Pneumonia, gagal napas, atelektasis, overdosis obat, paralysis otot-otot pernapasan, cedera traumatic, obesitas, obstruksi jalan napas, cedera kepala, stroke, tenggelam fibrosis kistik
Pemeriksaan fisik : denyut nadi yang kuat dan cepat, pernapasan cepat dan dangkal, hipertensi, kulit kemerahan dan hangat, kram abdomen, letargi, konvulsi, konfusi, pusing, sakit kepala.
Hasil lab : pH < 7,35,  PaCo2  >45 mmHg, PaO2< 80 mmHg, SaO2 normal atau 95 %, kadar bikarbonat normal, kalium > 5,3 mEq/L
Alkalosis Respiratorik
Ansietas, ketakutan, anemia, status hipermetabolik, cedera system saraf pusat asma, penempatan peralatan ventilator tidak tepat
Pemeriksaan fisik : sakit kepala, iritabilitas, pusing, takikardi, takipnea, dan kesemutan pada ekstremitas.
Hasil lab : pH > 7,45,  PaCo2  <35 mmHg, PaO2 dan SaO2 normal, kadar bikarbonat normal, kalium < 3,5 mEq/L
Asidosis Metabolik
Kelaparan, ketoasidosis metabolic, gagal ginjal, syok, diare, penggunaan obat (methanol, etanol, aspirin), asidosis tubular renal
Pemeriksaan fisik : sakit kepala, letargi, kebingungan, kemerahan pada kulit, takikardi, takipnea disertai kedalaman pernapasan dankram abdomen

Hasil lab : pH < 7,35,  PaCo2  normal, PaO2 normal atau meningkat (dengan pernapasan cepat dan dalam), SaO2 normal, kadar bikarbonat < 22 mEq/L, kalium > 5,3 mEq/L
Alkalosis Metabolik
Muntah berlebihan, pengisapan lambung yang lama, hipokalemia, hiperkalsemia, sindrom cushing, penggunaan obat ( steroid, diuretic, natrium bikarbonat)
Pemeriksaan fisik : sakit kepala, letargi, iritabilitas, takikardi, pernapasan lambat, baal, kesemutan, tetani, kram abdomen dan kram otot.
Hasil lab : pH > 7,45,  PaCo2  normal, PaO2 dan SaO2 normal, kadar bikarbonat > 26 mEq/L,  kalium < 3,5 mEq/L


Faktor yang mempengaruhi cairan, elektrolit, dan asam basa

1.      Usia
2.      Ukuran tubuh
3.      Temperatur lingkungan
4.      Gaya hidup : diet, stress, olahraga
II. Askep cairan, Elektrolit, dan Asam Basa
1.      Pengkajian
a.       Riwayat keperawatan
·         Factor resiko terjadinya ketidakseimbangan
-          Usia
-          Penyakit kronik : kanker, gagal jantung kongestif, DM, cushing sindrom, malnutrisi, gagal ginjal progresif, penyakit paru obstruksi menahun
-          Trauma : cedera akibat kecelakaan, cedera kepala, luka bakar
-          Terapi : diuretic, steroid, terapi intravena, nutrisi parenteral total
-          Kehilangan melalui saluran gastrointestinal : gastroenteritis, pengisapan nasogastrik, fistula
·         Penghitungan intake (asupan) dan output (haluaran)
Asupan oral meliputi semua cairan yang dikonsumsi  melalui mulut, selang nasogastrik atau jejunostomi, likuid yang diberikan melalui cairan intravena, dan darah atau komponen-komponen darah.
Haluaran cairan meliputi urine, feces, muntah, pengisapan gaster, drainase dari selang pasca bedah.
Pengukuran umumnya dilakukan secara rutin pada klien : pasca pembedahan, kondisi yang tidak stabil, demam, asupan cairan yang dibatasi, klien yang menerima terapi diuretic atau intravena, klien dengan kardiopulmonar kronik atau penyakit ginjal, dan status kesehatannya menurun. 
Rumus Menentukan keseimbangan cairan tubuh :
Keseimbangan cairan tubuh = asupan – haluaran
b.      Pemeriksaan fisik (lihat lampiran)
c.       Pemeriksaan laboratorium
Kadar elektrlolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi, konsentrasi elektrolit pada plasma darah, dan keseimbangan asam basa. Elektrolit yang sering diukur natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat.
Hitung darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe sel darah putih dan sel darah merah per millimeter kubik darah.
Kadar kreatinin darah bermanfaat untuk mengukur fungsi ginjal
Pemeriksaan berat jenis urine mengukur derajat konsentrasi urine
Pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi tentang status keseimbangan asam-basa dan tentang keefktifa fungsi ventilasi dalam mengakomodasi pertukaran oksigen-karbon dioksida secara normal.
pH untuk mengukur konsentrasi ion hydrogen
PaCO2 mengukur tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri
Bikarbonat serum adalah komponen lain dari gas darah arteri.
2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan :
·         Kehilangan plasma yang berkaitan dengan luka bakar
·         Muntah
·         Kegagalan mekanisme pengaturan
b.      Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan :
·         Edema
c.       Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan :
·         Disritmia yang berkaitan dengan ketidakseimbangan elektrolit

3.      Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan bertujuan untuk :
a.       Klien akan memiliki keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa
b.      Penyebab ketidakseimbangan dapat diidentifikasi dan dikoreksi
c.       Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat terapi yang dibutuhkan untuk mengembalikan status keseimbangan

4.      Implementasi
a.       Mengoreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
·         Penggantian cairan secara enteral
Oral : Penggantian cairan secara oral dapat dilakukan selama klien tidak muntah, tidak mengalami kehilangan cairan dalam jumlah besar, atau tidak mengalami obstruksi mekanis dalam saluran gastrointestinal, kecuali jika dikontraindikasikan.
Selang pemberi makanan (NGT)
·         Pembatasan cairan
·         Penggantian cairan dan elektrolit secara parenteral
-          Nutrisi Parenteral Total (NPT)
-          Terapi Intravena (IV)
-          Penggantian darah (Transfusi)
b.      Mengoreksi ketidakseimbangan asam basa
·         Pemeriksaan Gas Darah Arteri

5.   Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan perawatan yang telah diberikan pada klien  dan respon klien terhadap terapi.

JENIS CAIRAN INTRAVENA YANG BIASA DIGUNAKAN
1.      Larutan nutrient
Berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, misalnya dextrose dan glukosa.
Yang digunakan adalah : 5 % dextrose in water (DSW), Amigen, Aminovel
2.      Larutan elektrolit
Antara lain adalah larutan salin baik isotonic, hipotonik, dan hipertonik
Contoh :
Isotonic : NaCl 0,9 %, Ringer Lactate
Hipotonik : NaCl 0,45 %
Hipertonik : Manitol, Dextrose 10 %
3.      Cairan asam basa
Contoh : sodium lactate dan sodium bicarbonat
4.      Blood volume expanders
Berfungsi untuk meningkatkan volume pembuluh darah atau plasma. Cara kerjanya meningkatkan tekanan osmotic darah
CARA MENGHITUNG KECEPATAN ALIRAN INFUS
·               Faktor tetesan
-          Mikrodrip (tetes mikro) : 60 tts/ml
-          Makrodrip (tetes makro) : 10 tts/ml, 15 tts/ml, 20 tts/ml
·               Kecepatan aliran infuse (tts/ml)
Volume total cairan (ml) : jam = ml / jam
ml / jam : 60 menit = ml / menit
ml/jam x factor tetesan : 60 menit = tts/mnt


TERAPI INTRAVENA (PEMASANGAN INFUS)

Definisi
Pungsi vena merupakan tehnik penusukan vena melalui transkutan dengan stilet tajam yang kaku atau dengan jarum yang dipasangkan ke spuit.
Tujuan :
-          Memulai dan mempertahankan terapi cairan intravena
-          Memasukkan obat
Persiapan Alat :
-          Larutan intravena yang tepat
-          Jarum / kateter vena yang sesuai
-          Selang intravena (infuse set) yang sesuai
-          Torniket
-          Handscoen (sarung tangan)
-          Kasa 2 x 2 cm dan salep povidon iodine, atau balutan transparan, larutan povidon iodine
-          Plester dan gunting
-          Tiang intravena
-          Pengalas dan perlak
-          Kapas alcohol
-          Bengkok
-          Papan tangan (jika diperlukan)
-          Jam tangan (detik)
Prosedur Pelaksanaan
1.      Cek program terapi medik
2.      Siapkan alat
3.      Jelaskan prosedur
4.      Dekatkan alat
5.      Pasang sampiran
6.      Cuci tangan
7.      Buka kemasan steril dengan menggunakan teknik aseptic
8.      a. Periksa larutan menggunakan “Lima benar”
b. Buka set infuse dan pertahankan sterilitas pada kedua ujung
c. Pasang klem rol 2 – 4 cm dibawah bilik drip dan pindahkan klem rol pada posisi off
d. Tusukkan set infuse ke dalam kantong atau bototl cairan
e. Isi slang infuse :
      - Tekan bilik drip dan lepaskan biarkan terisi 1/3 – 1/2 penuh
      - Buka klem rol dan pelingdung jarum sampai slang terisi cairan
      - Pastikan slang bersih dari udara
9.      Memilih dan mengkaji kondisi vena yang digunakan
10.  Pasang pengalas dan perlak
11.  Letakkan torniket 10 – 12 cm diatas penusukan
12.  Pasang handscoen
13.  Pilih vena yang terdilatasi baik. Metode untuk membantu mendilatasi vena:
a. Menggosok ekstremitas dari distal ke proksimal dibawah tempat vena yang dimaksud
b. Menggenggam dan melepaskan genggaman
c. Menepuk perlahan di atas vena
d. Memasang kompres hangat pada ekstremitas, misalnya dengan waslap hangat
14.  Bersihkan tempat insersi dengan gerakan sirkuler
15.  Lakukan pungsi vena. Tahan vena dengan meletakkan ibu jari di atas vena dan dengan meregangkan kulit berlawanan arah dengan arah penusukan 5 – 7 cm kea rah distal tempat penusukan. Tusukkan jarum pada sudut 20º – 30º dengan lubang jarum menghadap ke atas.
16.  Perhatikan keluarnya darah melalui slang jarum yang menandakan bahwa jarum telah memasuki vena. Turunkan jarum sampai hampir menyentuh kulit. Dorong jarum sampai menempel dengan tempat pungsi vena.
17.  Tahan kateter dengan satu tangan, lepaskan torniket dan lepaskan stilet. Dengan cepat hubungkan adapter jarum dengan slang infuse.
18.  Lepaskan klem rol untuk memulai infuse pada kecepatan untuk mempertahankan patensi aliran intravena
19.  Fiksasi kateter atau jarum intravena
a.       Pasang plester kecil di bawah kateter dengan sisi yang lengket menghadap ke atas dan silangkan plester di atas kateter
b.      Pasang plester kedua tepat menyilang hub kateter
c.       Oleskan salep povidon iodine di atas tempat penusukan atau tutup tempat penusukan dengan kassa yang telah diberi larutan povidon iodin
d.      Letakkan bantalan kassa diatas tempat insersi dan hub kateter dan fiksasi dengan plester
20.  Atur kecepatan aliran  infuse
21.  Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan serta ukuran jarum pada balutan
22.  Lepaskan sarung tangan
23.  Rapihkan alat-alat
24.  Cuci tangan
25.  Dokumentasikan  


TRANSFUSI DARAH
Definisi
Transfusi darah adalah memasukkan darah yang berasal dari donor ke dalam tubuh klien melalui vena.
Tujuan
Melaksanakan tindakan pengobatan dan memenuhi kebutuhan klien terhadap darah sesuai dengan program pengobatan
Dilakukan pada
-          Klien yang banyak kehilangan darah
-          Klien dengan penyakit kelainan darah tertentu (misalnya anemia, leukemia)
Persiapan alat
-          Transfuse set
-          Cairan NaCl 0,9 %
-          Persediaan darah sesuai dengan golongan darah klien
-          Sarung tangan bersih
Prosedur pelaksanaan
1.      Beritahu dan jelaskan prosedur kepada klien
2.      Bawa alat ke dekat klien
3.      Cuci tangan
4.      Pakai sarung tangan
5.      Buat jalur intravena, gunakan slang infuse yang memiliki filter
6.      Berikan cairan NaCl 0,9 % terlebih dahulu kemudian darahnya
7.      Atur tetesan darah per menit sesuai dengan program
8.      lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9.      Bereskan alat-alat
Contoh :
Tn. H mendapat terapi cairan Dextros 5 % sebanyak 1500 cc dan habis diberikan dalam 12 jam, berapa cc/jam cairan yang diberikan?
Jawab :
1500 cc
                    =  125 ml/ jam
12 jam
Nn. D mendapat terapi cairan NaCl 0,9 % sebanyak 1000 cc dan habis diberikan dalam 10 jam, dengan factor tetesan 20 tetes/cc, berapa cc/menit cairan yang diberikan?
Jawab :
1000 x 20
                                =  33 tetes/menit
10 x 60 menit

0 komentar:

Posting Komentar