Makalah cestoda
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Cestoda
Cestoda adalah cacing yang
berbentuk pipih seperti pita yang merupakan endoparasit dan dikenal sebagai
cacing pita. Cacing dalam kelas cestoda disebut sebagai cacing
pita, hal ini karena bentuk tubuh cacing tersebut yang panjang dan pipih
menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun pembuluh
darah. Tubuhnya memanjang dan terbagi atas segmen-segmen yang disebut
proglotida dan segmen ini bila sudah dewasa akan berisi alat reproduksi jantan
dan betina. Infeksi cacing pita bisa disebut juga dengan Taeniasis.
2.2
Ciri-Ciri
Umum Cestoda
1.
Semua anggota cestoda memiliki struktur yang pipih dan
tertutup oleh kutikula.
2.
Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena
bentuknya pipih panjang seperti pita.
3.
Tubuh cacing pita panjangnya antara 2m - 3m dan
terdiri dari :
a)
Kepala (skoleks), kepala (skoleks) dilengkapi dengan
lebih dari dua alat pengisap.
b)
Leher, tidak bersegmen, setelah skoleks kemdian lanjut
ke leher.
c)
Tubuh (strobila), terdiri dari segmen-segmen
(proglotid) dan setiap segmen yang menyusun strobila mengandung alat
perkembangbiakan. Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen
(proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
4.
Cacing pita biasanya hidup sebagai parasit dalam usus
vertebrata dan tanpa alat pencernaan.
5.
Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makanan
melalui permukaan tubuhnya secara osmosis.
6.
Penyerapan sari makanan terjadi dari usus halus
inangnya melalui seluruh permukaan proglotid.
7.
Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan
tubuhnya, hal ini karena cacing pita tidak memiliki mulut dan sistem
pencernaan, skoleks hanya untuk menempelkan dirinya ke usus.
8.
Skoleks pada jenis Cestoda tertentu seperti Taenia
solium selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum).
9.
Rostelum berfungsi untuk melekat pada organ tubuh
inangnya.
10. Dibelakang
skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
11. Setiap
proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina
(ovarium).
12. Tiap proglotid
dapat terjadi fertilisasi sendiri dan mempunyai rumah tangga sendiri (
metameri).
13. Proglotid
yang dibuahi ( yang matang ) terdapat di bagian posterior / paling bawah tubuh
cacing.
14. Proglotid
dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersamaan
dengan tinja.
15. Sistem
eksresi cacing pita terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel
api.
16. Sistem saraf
pada cacing pita sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang
berkembang.
17. Manusia
dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna,
atau belum matang.
18. Inang
pernatara Cestoda adalah hewan ternak misalnya Sapi yang tubuhnya terdapat
Cisticercus jenis Taenia saginata yang ada pada ototnya sedangkan pada Babi
tubuhnya terdapat Cisticercus jenis Taenia solium yang ada pada ototnya.
19. Di Kedua
ternak itu Cacing pita hanya sementara terjadi cyclus ditubuhnya hingga
membentuk Cysticercus.
20. Di sapi dan
babi tidak dijumpai cacing pita dalam bentuk Dewasa ( yang dewasa di tubuh
manusia) tetapi hanya dalam bentuk larva.
21. Agar
seseorang tidak terkena Taeniasis maka makanan dagingnya harus dimasak dengan
matang, dan bila seseorang yang terkena Taeniasis jangan buang air besar di
sembarang tempat, seperti di lingkungan terbuka atau di tempat yang biasa hewan
ternak mencari makanan, karena Fesesnya yang ada telurnya sangat kuat di
lingkungan, seperti rerumputan yang akan dimakan sama ternak tersebut.
22. Pemberian
obat anti cacing sangat dianjurkan. Obat-obatan ini bisa diminum golongan obat
anticacing albendazole dosis sehari 500 mg lebih baik , biasanya dosis 250
cacing mati dalam bentuk utuh.
2.3
Morfologi
Umum Cestoda
Ukuran cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang
panjangnya hanya 40 mm sampai yang panjangnya 10-12 meter. Cestoda adalah
cacing hermafrodit. Cacing ini terdiri atas scolex (kepala) yang berfungsi
sebagai alat untuk mengaitkan diri pada dinding intestinum. Di belakang scolex
terdapat leher, merupakan bagian cacing yang tidak bersegmen. Di belakang leher
tumbuh proglotid yang semakin lama semakin banyak yang menyebabkan cacing
menjadi semakin panjang dan bersegmen-segmen.
Setiap proglotid (segmen) dilengkapi
dengan alat reproduksi (jantan dan betina). Semakin jauh dari scolex,
proglotidnya semakin tua sehingga proglotid yang paling ujung seolah olah hanya
sebagai kantung telur saja sehingga disebut proglotid gravida. Proglotid muda
selalu dibentuk dibelakang leher, sehingga proglotid tua akan didorong semakin
lama semakin jauh letaknya dari scolex. Seluruh cacing mulai scolex, leher,
sampai proglotid yang terakhir disebut strobila.
Cestoda berbeda dengan nematoda dan
trematoda, tidak memiliki usus. Makanan masuk dalam tubuh cacing karena diserap
oleh permukaan tubuh cacing.
Ø Bagian tubuh:
a.
Kepala (scolex)
Berfungsi
untuk melekat ( biasanya membulat). Pada eucestoda biasanya mempunyai 4 sucker
(acetabulum) yang dapat dilengkapi dengan kait. Pada bagian skoleks dapat juga
dijumpai adanya rostellum (penonjolan/moncong) yang sering dilengkapi dengan
kait.
Pada
cotyloda tidak mempunyai organ melekat seperti eucestoda (acetabulum) tetapi
mempunyai bothria (celah panjang dan sempit serta berotot lemah).
b.
Leher
Tidak
bersegmen, sesudah scoleks melanjut ke leher.
c.
Tubuh atau badan
Terdiri
dari segmen-segmen (Proglottid) yang dipisahkan oleh garis-garis transversal,
tiap-tiap proglotid biasanya mengandung 1 atau 2 set organ reproduksi.
d.
Proglotid
Dibentuk
mulai dari leher yang makin menjahui scoleks semakin dewasa/masak. Dikenal tiga
macam proglotid, yaitu proglottid muda, proglottid dewasa (organ reproduksi
berkembang dan berfungsi sempurna) dan proglotid gravid (penuh telur, organ
reproduksi mengalami degenerasi). Pada banyak cacing pita, telur tidak
dikeluarkan tetapi mengumpul di proglotid gravid, selanjutnya proglotid ini
lepas dan keluar bersama feses. Pada eucestoda proglotid-proglotid jelas
terpisah tetapi pada cotyloda tidak jelas (pembentukannya sama-sama dalam satu
waktu, contoh: pada plerocercoid yang tidak bersegmen). Berdasarkan lepasnya
proglotid, cestoda dibagi menjadi :
- Apolytic Cestoda : melepaskan segmen gravid.
- Anapolytic Cestoda : tetap membawa segmen gravid selama hidup.
- Euapolytic Cestoda : Segmen dilepas waktu hamper gravid.
- Hyperapolytic Cestoda: segmen dilepas jauh sebelum gravid dan bebas di usus hospes.
- Pseudoapolytic Cestoda: telur keluar lewat porus uterus kemudian segmen dilepas dalam kelompok dan degenerasi (Ex: pada cotyloda).
2.4
Siklus
Hidup Umum
Cacing pita merupakan hermafrodit, mereka memiliki sistem
reproduksi baik jantan maupun betina dalam tubuh mereka. Sistem reproduksinya
terdiri dari satu testis atau banyak, cirrus, vas deferens dan vesikula
seminalis sebagai organ reproduksi jantan, dan ovarium lobed atau unlobed
tunggal yang menghubungkan saluran telur dan rahim sebagai organ reproduksi
betina. Ada pembukaan eksternal umum untuk sistem reproduksi baik jantan maupun
betina, yang dikenal sebagai pori genital, yang terletak pada pembukaan
permukaan atrium berbentuk seperti cangkir. Meskipun mereka secara seksual
hermafrodit, fenomena pembuahannya termasuk langka. Dalam rangka untuk
memungkinkan hibridisasi, fertilisasi silang antara dua individu sering dipraktekkan
dalam reproduksi. Selama kopulasi, cirrus berfungsi menghubungkan satu cacing
dengan yang lain melalui pori kelamin, kemudian dilakukan pertukaran
spermatozoa.
Siklus hidup cacing pita sederhana
dalam arti bahwa tidak ada fase aseksual seperti pada cacing pipih lainnya,
tetapi rumit karena setidaknya satu hospes perantara diperlukan serta tuan
rumah definitif. Pola siklus hidup telah menjadi kriteria penting untuk menilai
evolusi antara Platyhelminthes. Banyak cacing pita memiliki siklus hidup dua-fase
dengan dua jenis host.
- Taenia saginata dewasa tinggal di usus yang seperti parasit pada manusia.
- Proglottids dari Taenia saginata meninggalkan tubuh melalui anus dan jatuh ke tanah, di mana mereka mungkin jatuh pada rumput dan dimakan oleh hewan pemakan rumput seperti sapi. Ini dikenal sebagai hospes perantara atau host itermediate.
- Bentuk remaja dari Teania saginata bermigrasi dan menetap sebagai kista dalam jaringan tubuh host intermediate seperti otot, dan bukan pada usus. Taenia saginata remaja ini menyebabkan kerusakan lebih banyak pada host yang menjadi tuan rumah definitif.
- Parasit melengkapi siklus hidupnya ketika melewati hospes perantara parasit ke host definitif, ini biasanya terjadi karena host definitif makan suatu bagian dari host perantara yang telah terinfeksi oleh Taenia saginata remaja. Seperti kemungkinan manusia memakan daging sapi yang telah terinfeksi oleh Taenia saginata, sehingga cacing tersebut dapat masuk dalam tubuh manusia dan menetap di usus.
2.5
Sistem
Reproduksi Cestoda
1)
Sistem reproduksi Jantan :
Biasanya berkembang lebih dahulu
(Protandry/Androgyny). Testis dapat 1 (biasanya banyak dan tersebar) kemudian
berlanjut ke vasa efferentia
Vas deferens Cirrus (dikelilingi kantong cirrus). Porus genitalis jantan
dan betina berdekatan di sinus genitalis di lateral atau ventral proglotid.
Fertilisasi dapat terjadi sendiri dalam satu proglotid atau cross (diantara
proglotid).
2)
Sistem reproduksi betina:
- Ovarium biasnya berlobus 2, berlanjut ke Oviduct Ootype yang dikelilingi oleh glandula Mehlis vagina (berbentuk tubulus) mempunyai vesucula seminalis dan berakhir di porus genitalis betina.
- Gld.Vitellaria merupakan gld. Kuning telur, biasanya kompak (pada eucestoda) atau follikuler (pada cotyloda).
- Uterus, yaitu dari Ootipe akan melanjut ke Uterus, yang pada cotyloda uterus ini membuka keluar tempat dimana telur keluar, sedangkan pada eucestoda uterus ini buntu dan bentuknya bermacam-macam setelah berisi telur, misalnya:
·
bentuk
uterus menjadi bercabang-cabang ke lateral (Ex: Taenia).
·
uterus
berdegenerasi dan telur sendiri-sendiri/berkelompok terletak dalam proglotid.
·
Sebelum
berdegenerasi uterus membentuk Egg capsul (kapsul telur) yang melindungi
sekelompok telur (Ex: Dipyllidium caninum) atau terbentuk paruterin
organ (Ex: Familia: Thysanosomidae).
2.6
Klasifikasi Cestoda
Cacing pita termasuk subkelas CESTODA, kelas CESTOIDEA,
filum PLATYHELMINTES. Cacing dewasanya menempati saluran usus vertebrata
danlarvanya hidup di jaringan vertebrata dan invertebrata. Bentuk badan cacing
dewasa memanjang menyerupai pita, biasanya pipih dorsoventral, tidak mempunyai
alat pencernaan atau saluran vaskular dan biasanya terbagi dalam
segmen-segmen yang disebut proglotid yang bila dewasa berisi alat reproduktif
jantan dan betina. Ujung bagian anterior berubah menjadi sebuah alat
pelekat, disebut skoleks, yang dilengkapi dengan alat isap dan kait-kait.
Spesies penting yang dapat menimbulkan kelainan pada manusia umumnya adalah:
Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus,
Echinococcus multilocularis, Taenia saginata, dan Taenia solium.Manusia
merupakan hospes cestoda ini dalam bentuk:
- Cacing dewasa, untuk spesies Diphyllobothrium latum, Taenia saginata, Taenia solium, Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, Dipylidium caninum.
- Larva, untuk spesies Diphyllobothrium sp, Taenia solium, Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus, Multiceps.
Menurut
habitatnya, cestoda dapatdibagi menjadi dua ordo, yaitu Pseudophyllidea dan
Cyclophyllidea.
1.
Ordo Pseudophyllidea
·
Famili
Diphylobothridae
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Pseudophyllidea
Family : Diphyllobothriidae
Genus : Diphyllobothrium
Species :Diphyllobotrium latum
·
Diphyllobothrium
latum
Cacing
pita ini sering ditemukan berparasit pada hewan carnivora pemakan ikan,
terutama di Eropa Utara. Sering menginfeksi anjing, kucing, beruang dan pada
orang. D. latum sering dilaporkan menginfeksi orang di daerah tertentu,
bahkan hampir 100% di suatu lokasi orang terinfeksi oleh parasit ini. Orang
yang terinfeksi banyak dijumpai didaerah Scandinavia, Baltic dan Rusia. Juga
dilaporkan di Amerika Selatan, Irlandia dan Israil. Panjang cacing dapat
mencapai 9 m dan mengeluarkan jutaan telur/hari. Tubuhnya panjang yang terdiri
dari segmen-segmen disebut proglotida yang berisi testes dan folicel.
a.
Morfologi Diphyllobothrium latum
- Panjangnya mencapai ±900 cm, lebar 2,5 cm.
- Terdiri atas 4000 proglotid.
- Mempunyai sepasang celah penghisap (bothria) di bagian ventral dan dorsal pada skoleks.
- hermafrodit
b.
Daur Hidup Diphyllobothrium latum
Telur
keluar melalui feses dan berkembang membentuk embrio yang akan berkembang dalam
air. Telur berkembang menjadi coracidium dalam waktu 8 hari sampai beberapa
minggu bergantung suhu lingkungan. Coraciudium keluar melalui operkulum telur dan
coracidium yang berisilia berenang mncari hospes intermedier ke 1 dari jenis Copepoda
krustacea termasuk genus Diaptomus. Segera setelah masuk kedalam usus
krustasea tersebut, coracidium melepaskan silianya dan penetrasi melalui
dinding usus dan masuk ke haemocel (sistem darah) krustasea menjadi parasit
dengan memakan sari makana dalam tubuh krustasea tersebut. Selama sekitar 3
minggu coracidium berkembang dan bertambah panjang sampai sekitar 500 um dan
disebut procercoid dan tidak berkembang lagi dalam tubuh krustasea tersebut.
Bila krustasea dimakan ikan air tawar sebagai hospes intermedier ke 2,
procercoid ada dalam usus ikan dan menembus melalui dinding intestinum masuk
kedalam istem muskularis dan berparasit dengan memakan unsur nutrisi dari ikan tersebut
dan procercoid berkembang menjadi plerocercoid. Plerocercoid berkembang dari
beberapa mm menjadi beberapa cm. Plerocercoid akan terlihat pada daging ikan
mentah yang berwarna putih dalam bentuk cyste. Bila daging ikan tersebut
dimakan orang, cacing berkembang dengan cepat dan menjadi dewasa serta mulai
memproduksi telur pada 7-14 hari kemudian.
c.
Patogenitas
Kasus
penyakit banyak dilaporkan di daerah yang orangnya suka mengkonsumsi ikan
mentah. Kebanyakan kasus penyakit tidak memperlihatkan gejala yang nyata.
Gejala umum yang sering ditemukan adalah gangguan sakit perut, diaree, nausea
dan kelemahan. Pada kasus infeksi yang berat dapat menyebabkan anemia
megaloblastic. Gejala ini sering dilaporkan pada penduduk di Finlandia. Di
negara ini hampir seperempat dari populasi penduduk terinfeksi oleh D. latum
dan sekitar 1000 orang menderita anemia perniciosa. Pada mulanya dikira bahwa
cacing ini menyebarkan toksin penyebab anemia, tetapi setelah diteliti ternyata
vitamin B12 yang masuk dalam usus diabsorbsi oleh cacing, sehingga
pasien menderita defisiensi vitamin B12. Seorang peneliti melaporkan
bahwa pasien yang diberi singel dosis vit. B12 40% yang dilabel dengan cobalt,
ternyata disbsorbsi oleh D. latum sekitar 80-100% dari vit B12 yang
diberikan. Gejala yang jelas terlihat adalah terjadinya anemia perniciosa
(anemia yang disebabkan oleh gangguan absorpsi vitamin B12 dalam
usus).
d.
Diagnosis dan Pengobatan
Dengan
menemukan telur cacing atau progotida didalam feses, diagnosis dinyatakan
positif. Obat yang diberikan ialah:
- aspidium oleoresin
- mepacrim
- diclorophen
- extract biji labu (Cucurbita spp)
Niclosamide
(Yomesan): pilihan obat yang diberikan dewasa ini, makanismenya adalah:
menghambat reaksi pertuklaran fosfat inorganik – ATP, rekasi ini berhubungan
dengan transport elektron secara anaerobik yang dilakukan oleh cacing.
e.
Pencegahan
- Memasak ikan air tawar sampai betul-betul matang atau membekukannya sampai-10°C selama 24 jam.
- Mengeringkan dan mengasinkan ikan secara baik.
- Dilarang membuang tinja dikolam air tawar.
- Memberikan penyuluhan pada masyarakat.
2.
Ordo Cyclophyllidea
v Famili Taeniidae
1)
Taenia saginata
Cacing pita ini adalah cacing pita
yang paling sering ditemukan pada manusia dan ditemukan di semua negara yang
orangnya mengkonsumsi daging sapi. Cacing ini panjangnya sekitar 3-5 m
dan terdiri dari 2000 proglotida. Scolexnya mempunyai 4 batil isap yang dapat
menghisap sangat kuat.
a.
Morfologi T. saginata
Cacing dewasa
- Panjangnya 4-10 m.
- Memiliki 1000 –2000
- Proglotid.
- Memiliki scoleks dengan diameter 1 –2mm.
- Mempunyai 4 penghisap tanpa hook.
b. Daur hidup T. Saginata
Proglotida
yang berisi penuh telur melepaskan diri dari tubuh cacing dan keluar melalui
feses atau dapat keluar sendiri dari anus. Setiap segmen terlihat seperti
cacing tersendiri dan dapat merayap secara aktif. Setiap segmen /proglotida
dapat dikelirukan sebagai cacing trematoda atau bahkan nematoda.
Bilamana
segmen mulai mengering maka bagian dinding ventral robek dan telur keluar dari
lubang robekan tersebut. Pada saat itu telur berembrio dan infektif dapat
menginfeksi hospes intermedier dan bila tidak telur dapat bertahan
berminggu-minggu. Hospes intermedier palimng utama adalah sapi, tetapi dapat
pula pada kambing dan domba.
Bila
telur termakan oleh sapi kemudian menetas dalam duodenum, yang dipengaruhi oleh
asam lambung dan sekresi intestinum. Hexacant yang keluar dari telur langsung
berpenetrasi kedalam mukosa dan masuk kedalam venula intestinum, terbawa oleh
aliran darah keseluruh tubuh. Cacing muda tersebut biasanya meninggalkan
kapiler masuk diantara sel muyskulus dan masuk dalam serabut otot (muscle
fiber) dan berparasit di lokasi tersebut, kemudian menjadi cysticercus dalam
waktu 2 bulan. Metacercaria ini berwarna putih seperti mutiara dengan ukuran
diameter 10 mm yang berisi satu skolek invaginatif. Penyakit yang disebabkan
oleh cacing ini pada sapi disebut Cysticercisis bovis.
Orang
memakan daging sapi yang terinfeksi oleh cacing ini akan tertular bilamana
daging sapi tersebut dimasak kurang matang/masih mentah. Cysticercus terdigesti
oleh cairan empedu dan cacing mulai tumbuh dalam waktu 2012 minggu dan menjadi
dewasa membentuk proglotida yang berisi telur.
c.
Patogenitas
- Penderita taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau proglotid.
- Hewan (terutama ) babi, sapi yang mengandung cysticercus.
- Makanan / minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur-telur cacing pita.
d.
Diagnosis dan pengobatan
Diagnosis
tepat ditentukan bila dijumpai proglotid yang penuh telur atau skolek.
Proglotid terciri dengan adanya cabang lateral disetiap masing-masing sisi yang
m,empunyai cabang sekitar 15-20. Tetapi cabang tersebut biasanya sulit terlihat
pada proglotid yang lama, sehingga diagnosis lebih akurat bila ditemukan
proglotid yang masih baru.
Sejumlah
obat telah digunakan untuk pengobatan cacing ini, tetapi obat yang sekarang
banyak dipakai adalah Niklosamide.
e.
Pencegahan
- Menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati penderita
- Mencegah kontaminasi tanah dan rumput dengan tinja manusia.
- Memeriksa daging sapi, ada tidaknya cysticercus.
- Memasak daging sampai sempurna.
- Mendinginkan sampai -10 0C sampai 5 hari cycticercus dapat rusak.
2)
Taeniia solium
Adalah
cacing pita babi yang paling berbahaya pad orang, karena kemungkinan terjadinya
infeksi sendiri oleh cysticercus dapat terjadi. Cacing dewas panjangnya 1,8-3 m.
a.
Morfologi
- Cacing dewasa panjangnya 4-10 m.
- Memiliki 1000 –2000 proglotid.
- Memiliki scoleks dengan diameter 1 –2mm.
- Mempunyai 4 penghisap tanpa hook.
b.
Daur Hidup dan Patologi Taenia solium
Daur
hidupnya mirip dengan T. saginatus, tetapi hospes intermedier berbeda
dimana T. saginatus. Pada sapi dan T. solium pada babi. Proglotid
yang penuh telur keluar melalui feses, kemudian telur infektif keluar dimakan
oleh babi. Telur menetas dalam tubuh babi dan telur dan membentuk Cysticercus
celluloses, didalam daging (otot) atau organ lainnya. Orang akan mudah
terinfeksi bila memakan daging babi yang kurang masak. Cysticercus berkembang
menjadi cacing cacing muda yang langsung menempel pada dinding intestinum dan
tumbuh menjadi dewasa dalam waktu 5-12 minggu. Dimana cacing ini dapat bertahan
hidup sampai 25 tahun.
Ø Cysticercosis:
Tidak
seperti spesies cacing pita lainnya, T. solium dapat berkembang dalam bentuk
cysticercus pada orang. Infeksi terjadi bila telur berembrio tertelan masuk
kedalam lambung dan usus, kemudian cacing berkembang menjadi cysticercus di
dalam otot. Cysticerci sering ditemukan dalam jaringan subcutaneus, mata, otak,
otot, jantung, hati dan paru. Kapsul fibrosa mengelilingi metacestoda ini,
kecuali bila cacing berkembang dalam kantong mata. Pengaruh cysticercus
terhadap tubuh bergantung pada lokasi cysticercus tinggal. Bila berlokasi di
jaringan otot, kulit atau hati, gejala tidak begitu terlihat, kecuali pada
infeksi yang berat. Bila berlokasi di mata dapat menyebabkan kerusakan retina,
iris, uvea atau choroid. Perkembangan cysticercus dalam retina dapat
dikelirukan dengan tumor, sehingga kadang terjadi kesalahan pengobatan dengan
mengambil bola mata. Pengambilan cysticercus dengan operasi biasanya berhasil
dilakukan.
Cysticerci
jarang ditemukan pada syaraf tulang belakang (spinal cord), tetapi sering
ditemukan pada otak. Terjadinya nekrosis karena tekanan dapat menyebabkan
gangguan sistem saraf yaitu tidak berfungsinya saraf tersebut. Gangguan
tersebut ialah: terjadi kebutaan, paralysis, gangguan keseimbangan,
hydrocephalus karena obstruksi atau terjadi disorientasi. Kemungkinan
terjadinya epilepsi dapat terjadi. Penyakit dapat dicurigai sebagai epilepsi
peyebab cysticercosis bila penderita bukan keturunan penderita epilepsi.
Bilamana
cysticercus mati dalam jaringan, akan menimbulkan reaksi radang, hal tersebut
dapat mengakibatkan fatal pada hospes, terutama bila cacing berada dalam otak.
Reaksi seluler lain dapat dpat terjadi yaitu dengan adanya kalsifikasi. Bila
ini terjadi pada mata pengobatan dengan operasi akan sulit dilakukan
c.
Diagnosis
- Nyeri ulu hati
- Mencret
- Mual
- Obstipasi
- Sakit kepala
d.
Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan
infeksi cacing ini lebih utama yaitu mencegah kontaminasi air minum, makanan
dari feses yang tercemar. Sayuran yang biasanya dimakan mentah harus dicuci
berish dan hindarkan terkontaminasi terhadap telur cacing ini.
Pengobatan
susah dilakukan, kecuali operasi dengan pengambilan cyste.
v Famili Hymenolipipidae
1)
Hymenolepsis nana
Parasit
ini merupakan cacing pita yang cosmopolitan dan sering dijumpai pada manusia,
terutama anak-anak dengan rata-rata infeksi sekitar 1-9% di Amerika Serikat dan
Argentina. Cacing berukuran 40 mm, lebar 1 mm.
a.
Morfologi
- Merupakan golongan Cestoda yang memiliki ukuran terkecil dengan panjang ±25 mm-10 cm dan lebar 1 mm
- Skoleksnya bulat memiliki rostellum yang refraktil dengan mahkota kait-kait 20-30 buah
- Strobila terdiri dari kira-kira 200 proglotid
- Telurnya bulat, mempunyai 2 membran yang meliputi embrio dengan 6 buah kait
- Dikenal sebagai cacing pita kerdil
- Kosmopolitan
- Terdapat di tikus dan mencit, pada manusia khususnya anak-anak
b.
Daur Hidup Hymenolepis nana
Proglotida
yang telah matang dan berisi telur melepaskan diri kemudian mengeluarkan telur
infektif. Hospes intermediernya tidak tertentu, karena dapat menu;ar ke orang
maupun tikus. Telur yang termakan akan menetas dalam duodenum dan mengeluarkan
onchosfer yang penetrasi masuk kedalam mukosa dan tinggal di saluran limfe
didaerah vili. Di lokasi tersebut cacing berkembang menjadi cysticercoid. Dalam
waktu 5-6 hari cuysticercoid masuk kedalam lumen usus halus dan melekat di
lokasi tersebut dan berkembang menjadi dewasa.
c.
Patogenitas
Infeksi
ringan : tidak menimbulkan gejala atau hanya gangguan perut tidak nyata
Ø Infeksi berat
- Menimbulkan enteritis catarrhal
- Pada anak-anak berkurang berat badan, kurang nafsu makan, insomnia, sakit perut dengan atau tanpa diare disertai darah, muntah, pusing, sakit kepala, gangguan saraf, bila supersensitif terjadi alergi, obstipasi.
d.
Diagnosa dan pengobatan
Diagnosa
dilakukan ketika manamukan telur dalam tinja.
Pengobatan dengan Niclosamid
terlihat lebih efisien, tetapi harus diulang 1 bulan kemudian untuk membunuh
cacing yang berkembang di dalam vili pada saat obet pertama diberikan. Obat
seperti praziquantel juga dapat membunuh cacing V. nana dan H.
diminuta dengan cepat.
e.
Pencegahan
- Meningkatkan kebersihan anak-anak, sanitasi lingkungan
- Menghindarkan makanan dari kontaminasi
- Pemerantasan binatang pengerat (rodentia)
2)
Hymenolepis diminuta
Cacing
ini juga merupakan cacing cosmoploitan yang terutama berparasit pada tikus
rumah, tetapi banyak kasus dilaporkan menginfeksi pada orang. Ukuran lebih
besar daripada V. nana, yaitu sampai 90 cm. Sebagai hospes intermedier
adalah beberapa spesies arthropoda, misalnya jenis kumbang (Tribolium spp)
adalah hospes intermedier yang sangat berperan terhadap infeksi pada tikus dan
manusia.
a.
Morfologi
- Cacing dewasa berukuran 20-60 cm
- Skoleks kecil bulat, mempunyai 4 sucker dan rostelum tanpa kait
- Proglotid gravid lepas dari strobila
b. Daur Hidup Hymenolepis diminuta
Daur
hidup H. Diminuta sama dengan H. Nana
c.
Patogenitas
Orang
yang mengalami penyakit ini dinamakan Hymenolepiasis, dan tidak menunjukkan
gejala apapun. Infeksi biasanya terjadi secara kebetulan saja.
d.
Diagnosis
- Ditemukan telur H. diminuta dalam tinja
- Keluar cacing secara spontan setelah purgasi
v Famili Dylepipidae
1)
Dipylidium
caninum
a.
Morfologi
- Panjang 50 cm, lebar 3 mm (cacing dewasa)
- Skoleks ber-sucker, sebuah rostellum refraktil, memiliki 4-7 baris hook.
- Proglotid memiliki 2 alat reproduksi lengkap
b.
Siklus Hidup
Segmen
cacing yang mengandung telur yang mengandung telur gravid keluar dari tubuh
bersama feses anjing/kucing secara spontan. Segmen tersebut secara aktif
bergerak di daerah anus atau jatuh ke tanah dan membebaskan telur cacing.
Kapsul cacing yang berisi embrio akan termakan oleh larva pinjal. Kapsul
tersebut pecah sehingga onkosfer menetas dan membebaskan embrio di dinding usus
larva pinjal yang selanjutnya berkembang mesnjadi sistiserkoid di dalam
jaringan tubuh larva. Saat pinjal menyelesaikan metamorfosisnya dan menjadi
dewasa, sistiserkoid mejadi infektif. Anjing/kucing yang tanpa sengaja memakan
pinjal maka akan terinfeksi oleh cacing Dipylidium sp. Di dalam usus akan
mengalami evaginasi, skoleks akan melekat diantara villi usus halus dan
lama-lama akan berkembang sebagai cacing dewasa. Spesies pinjal Ctenocephalides
Sp. dan Pulex irritans merupakan hospes antara yang paling sering ditemukan.
Meskipun kutu Trichodectes canis juga dapat bertindak sebagai hospes antara.
Larva pinjal mungkin mengkonsumsi sejumlah kapsul telur yang tiap telur
mengandung sejumlah onkosfer. Seekor pinjal dapat memiliki sistiserkoid dalam
jumlah besar sehingga dapat menginfeksi anjing beberapa kali.
c.
Patogenitas
Patogenitas pada hewan
- Infeksi berat menyebabkan lemah, kurus, gangguan saraf, dan gangguan pencernaan.
- Patogenitas pada manusia
- Menyebabkan gangguan intestinal ringan pada anak
- Sakit pada epigastrium
- Diare dan sesekali reaksi alergi
d.
Diagnosis
- Hilangnya nafsu makan
- Kehilangan berat badan secara drastis
- Diare
e.
Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan:
- Atabrine
- Kuinakrin
Pencegahan
- Jangan mencium anjing atau kucing
- Hindari jilatan anjing
- Binatang peliharaan diberi obat cacing dan insektisida.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Cestoda adalah cacing yang berbentuk
pipih seperti pita yang merupakan endoparasit dan dikenal sebagai cacing pita. Cacing dalam
kelas cestoda disebut sebagai cacing pita, hal ini karena bentuk tubuh cacing
tersebut yang panjang dan pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai
saluran pencernaan ataupun pembuluh darah. Tubuhnya memanjang dan terbagi atas
segmen-segmen yang disebut proglotida dan segmen ini bila sudah dewasa akan
berisi alat reproduksi jantan dan betina. Infeksi cacing pita bisa
disebut juga dengan Taeniasis. Ciri Semua anggota cestoda memiliki struktur
yang pipih dan tertutup oleh kutikula, Cestoda juga disebut sebagai cacing pita
karena bentuknya pipih panjang seperti pita. Morfologi Umum Cestoda ukuran cacing dewasa pada Cestoda
bervariasi dari yang panjangnya hanya 40 mm sampai yang panjangnya 10-12 meter.
Siklus Hidup Umumcacing pita
merupakan hermafrodit, mereka memiliki sistem reproduksi baik jantan maupun
betina dalam tubuh mereka. Sistem reproduksinya terdiri dari satu testis atau
banyak, cirrus, vas deferens dan vesikula seminalis sebagai organ reproduksi
jantan, dan ovarium lobed atau unlobed tunggal yang menghubungkan saluran telur
dan rahim sebagai organ reproduksi betina
3.2. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari embaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
http://evilprincekyu.wordpress.com/2013/06/15/mikrobiologi-cestoda/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar